Michael Laffan: Sejarah Islam di Nusantara
Dalam menulis sebuah buku yang
berurusan dengan banyak sumber dalam beragam bahasa dan tradisi ejaan, saya
harus membuat beberapa putusan demi kepentingan keterbacaan. Saya menyadari
bahwa dalam banyak kasus saya melakukan kekerasan terhadap beberapa konvensi
bahasa Indonesia modern yang berasal dari pendahulu bahasa Belanda-nya, terutama
dengan menambahkan huruf Arab‘ayn di sana sini tempat bahasa Indonesia
menggunakan bunyi hambat glotal, senyap, atau sesekalik.
Penulis melakukan hal itu dalam
banyak kasus untuk membangun hubungan antara Indonesia dan masa lalu Islamnya,
yang dikomunikasikan melalui tulisan Jawi yang terarabkan. Namun, dengan alasan
yang sama, berbagai makron dan titik subskrip pada istilah Arab yang hanya
menarik bagi para spesialis dihilangkan.
Nama-nama, baik dalam bahasa Arab
maupun Indonesia, ditampilkan dengan sistem yang sama karena itu, meskipun saya
biasanya menghindari menggunakannya ketika mengutip atau menerjemahkan pasase
asli dalam tulisan Latin.
Tentu saja, perjanjian ini masih
menyisakan banyak nama dan istilah yang tidak jelas bagi pembaca berbahasa
Inggris, terutama karena sumber Belanda yang dominan digunakan. Dalam pertemuan
pertama, hanya sedikit orang yang akan mengenali sjech sebagai syekh. Semoga
saja, alur percakapan akan memudahkan transisi ini.
Geertz telah melanglang buana
melalui wilayah yang jauh lebih luas, melampaui Jawa dan Bali. Tidak diragukan
lagi, dia telah memberikan banyak informasi yang perlu dipertimbangkan dalam
bidang kajian ini. Gagasan-gagasan Geertz selalu menarik perhatian dalam banyak
karyanya, seperti Involution Agraria, Islam yang Diamati, dan Negara.
Reputasinya dibentuk oleh Religion of Java yang sangat berpengaruh sejak tahun
1960.
Meskipun Geertz masih hidup
hingga lama setelah wafatnya, dia sering dibandingkan dengan seorang
cendekiawan lain. Saya percaya bahwa kontribusi cendekiawan ini sangat
memengaruhi cara orang melihat Indonesia.
Orang-orang terkenal di Indonesia
bahkan menyebut mereka sebagai dua dari delapan orang asing dalam daftar 100
"tokoh Indonesia".
Berbekal pengetahuan akan masa
lalu, kita bisa dengan mudah menyatakan bahwa skeptisisme yang digemari Geertz
mengenai vitalitas jangka panjang proses Islamisasi, yang diungkapkan dalam
Islam Observed-nya, barangkali sekarang tampak keliru. Namun, kita juga bisa
menantang penggambarannya terhadap sejarah Islam Indonesia sebagai «hingga
belakangan ini, sangat lentur, tentatif, sinkretis, dan, yang paling penting,
multisuara.
Geertz, watak multisuara Islam Indonesia adalah yang paling penting, dengan menengok ke sekitar empat dekade kemudian, kita bisa menyatakan bahwa syarat «hingga belakangan ini» itulah yang sebenarnya merupakan pengamatan paling relevan.
Bisa dibilang bahwa Geertz membaca
bidang-bidang kajiannya dengan memperhatikan kecendekiawanan modernis dan
penjelasan para informan yang tampaknya merupakan pencela banyak praktik lokal
yang dia dokumentasikan. Sebagaimana akan kita lihat, para informan semacam itu
dan juru bicara mereka dari Barat memiliki sejarah yang berkelindan.
“Karya Penting dalam memberikan
kontribusi pada renaisans peradaban Islam dan dunia. Bacaan wajib bagi setiap
orang yang ingin meneguhkan Islam Nusantara yang berkemajuan”
Judul Kitab |
Sejarah Islam di Nusantara |
Penulis |
Michael Laffan |
Jumlah Halaman |
349 |
Tahun |
Cetakan Pertama, 2016 |
Penerbit |
Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) |
Bahasa |
Indonesia |
Ukuran file |
3,29 Mb |
Link Download |
|
Post a Comment for "Michael Laffan: Sejarah Islam di Nusantara"